Kamis, 13 Mei 2010

lansekap di gereja Puh Sarang

Gereja puh sarang yang terletak di Semen, Kediri, dibangun oleh Ir. Heendricus Maclaine pada tahun 1931. Desain gereja ini terinspirasi dari arsitektur jawa kuno (majapahit) dan arsitektur eropa . Pada masa pembangunannya, arsitek telah mengetahui potensi masyarakat di kawasan Puh Sarang, yaitu pengrajin batu. Oleh karena itu Arsitek memanfaatkan kelebihan tersebut dengan menggunakan batu (batu kali utuh) sebagai material utama dari gereja ini yang diambil dari daerah sekitar pembangunan gerja ini.
Dari gerbang masuk gereja dapat langsung kita lihat bentuk atap bangunan gereja yang berbentuk seperti kapal besar, yang menggambarkan kapal Nuh yang berada diatas bukit dan siap untuk menyelamatkan pengikut-pengikutnya dari bencana yang akan datang. Dalam kompleks gereja ini juga memasukkan banyak sekali cerita-cerita dari Alkitab sebagai desain lansekapnya.
Di kompleks Puh sarang terdapat 2 area yang berbeda dan dihubungkan dan dijadikan satu oleh satu area transisi, yaitu area Gereja dan Goa maria yamg dihubungkan oleh area perdagangan. Pada mulanya, kedua area ini merupakan area yang terpisah dengan fungsi yang berbeda. Yang menarik adalah bagaimana cara menempatkan area perdagangan diantara kedea area ini. Fungsi baru yang ada di area perdagangan dapat memenuhi kebutuhan di kedua area yang terpisah diperlihatkan oleh barang-barang yang dijual di area transisi yaitu area perdagangan. Pengunjung yang dating dari area gereja menuju area goa Maria dapat membeli tempat air di area perdagangan. Begitu pula pengunjung yang dating dari area goa Maria menuju ke area gereja dapat membeli lilin yang kemudian dapat digunakan di area gereja. Kios-kios yang terdapat disii juga memiliki desain yang terbuka sehingga dapat memudahkan pengunjung untuk dapat melihat sekaligus berjalan tanpa menghambat perjalanan mereka.
Lansekap di area Gereja
Yang membuat saya tertarik di area gereja adalah bagaimana arsitek memainkan batu sebagai material utama untuk bahan pembentuk lansekap. Perhitungan jumlah baru yang seimbang antara bagian kiri dan kanan suatu fasad, hingga bagaimana batu disusun sehingga dapat memberikan ‘jalan’ bagi air hujan yang melewati sela-sela batu tersebut. Dari gerbang masuk. Kita dapat langsung melihat gerbang Saint Josef dan Henricus Tower yang berfungsi sebagai penanda jalan masuk bagi pengunjung. Di sebelah kir jalan masuk utama kita dapat melihat sebuah lonceng dan sebuah pahatan yang menceritakan kisan Adam. Pembatas jalur sirkulasi diberikan fungsi yang dapat memaksa pengunjung dapat duduk dan berkumpul dengan nyaman. Ukiran-ukiran batu yang menceritakan kisah di Alkitab dan diletakkan di sisi jalur sirkulasi menjadi alur cerita tersendiri dalam perjalanan kita menuju gereja. Ukiran ini juga dapat menjadi tempat berhenti bagi pengunjung ketika ia melihat ukiran ini. Perbedaan bentuk atap antara atap gereja dan bangunan lainnya memberikan ciri khas tersendiri yang memberikan kemudahan bagi pengunjung jika ingin berpindah ke bangunan yang berbeda fungsi, misalnya toilet. Vegetasi yang terdapat di area gereja juga diatur menurut fungsi area disekitarnya. Pohon-pohon peneduh banyak digunakan di sekita r jalur sirkulasi agar dapat memberikan bayangan bagi pengunjung yang melewatinya. Di sekitar gedung serbaguna, dapat kita temukan banyak pohon bambu yang menurut saya sengaja ditanam disana agar dapat memberikan rasa damai dengan suara angin yang melewati daun-daun bambu dan sesekali terdengar gemeretak batang bambu yang memberikan suasana yang tenang. Jalur sirkulasi yang memiliki banyak sekali simpul atau pertemuan memberikan banyak kemudahan bagi pengunjung agar tidak menemukan banyak jalan memutar.
Lansekap di area perdagangan (area transisi)
Area ini memiliki alur yang monoton ketika kita melihat di sisi-sisi jalur sirkulasi hanya terdapat kios-kios yang sama. Namun ketika kita melihat barang-barang yang dijual, ternyata area ini memiliki nilai lebih bagi kedua area lainnya. Barang-barang yang dijual di area ini merupakan barang-barang yng biasanya dibutuhkan pengunjung di area Gereja maupun area goa Maria (seperti tempat air dan lilin). Hal ini membuktikan bahwa area ini telah menjalankan fungsinya dengan baik sebagai area transisi yang menghubungkan area goa Maria dan area Gereja.
Lansekap di area Goa Maria
Setelah melewati area pertokoan sebagai area transisi antara area gereja dan area goa Maria, kita menemukan sebuah gerbang berbentuk busur seperti gerbang-gerbang lainnya tanda kita telah memasuki area yang baru. Di area ini terdapat banyak perkerasan, khususnya di bagian depan goa yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi dan tempat untuk duduk dan berdoa. Goa Maria memiliki lansekap yang cukup unuk dengan bentuk busur dengan goa Maria sebagai pusatnya, sedangkan patung Bunda Maria ditempatkan agak ke kiri dari pusat busur tersebut. Sekali lagi, di area ini banyak memiliki simpul pada jalur sirkulasinya. Tumbuh-tumbuhan hijau pendek ditanam di sisi jalur sirkulasi sebagai pengarah dan pembatas ruang, sedangkan tumbuhan tinggi ditata sedemikian rupa agar dapat menaungi pengunjung yang ada di sini. Selain itu pengaturan lansekap yang unik juga terlihat di jalan salib, dimana pengunjung ‘dipaksa’ untuk berjalan mengikuti jalur yang telah ada. Di jalur ini terdapat sequence yang sekaligus menceritakan kronologi Yesus ketika penyaliban.
Secara garis besar, konsep utama dari gereja ini adalah perjalanan sejarah yang ditulis di Alkitab.
Evaluasi
Sequence-sequence yang terdapat di kawasan ini telah memiliki pergeseran fungsi, dimana terdapat sequence yang digunakan oleh pedagang untuk berjualan. Hal ini dapat merusak maksud utama dari peletakan sequence. Diharapkan kepada pihak pengurus agar dapat mengatur ulang lokasi perdagangan yang berada diluar area perdagangan agar dapat memberikan penataan yang baik, dan kemudahan bagi semua pihak.
Sebagai area transisi, kawasan perdagangan akan sering dilewati oleh pengunjung. Pentingnya pohon sebagai peneduh memang penting untuk digunakan di area ini, namun dengan kurangnya pohon sebagai peneduh dapat memaksa pengunjung untuk mampir ke kios-kios yang ada di sisi jalur sirkulasi. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan bagi pemilik kios, namun tidak dapat dihindari, bahwa kawasan ini adalah kawasan yang memilki suhu udara yang paling panas diantara area lainnya.
Tangga berfungsi untuk mengantarkan pengunjung ke tingkat elevasi tanah yang lebih tinggi, namun hal ini menjadi memiliki kelemahan ketika kita lihat tidak adanya fasilitas ram untuk pengguna kursi roda atau kereta bayi. Hal ini tentu saja menjadi salah satu kekurangan pengaturan lansekap di kawasan ini.
Dengan banyaknya simpul pada jalur sirkulasi, pengunjung dapat menjadi bingung ketika ia harus memilih jalan mana yang ia pilih. Jalur utama yang ada menjadi kurang digemari ketika terdapat jalan kecil yang lebih dekat (jalan memotong).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar